online bersama membagi pengetahuan ilmu komputer dan teknologi

Kerajaan Tulang Bawang Sebelum Islam



Sebelumnya jangan lupa klik iklan diatas sebagai bentuk peduli anda terhadap blog ini.
saya sudah membahas artikel sebelumnya yaitu tentang apa sebab dinamakan tulang bawang,  Dalam kisah Riwayat Kerajaan Tulang Bawang ini, penulis bagi menjadi dua pengisahan, pertama tentang Riwayat Sejarah Kerajaan Tulang Bawang sebelum Islam , dan kedua Riwayat Sejarah Kerajaan Tulang Bawang sesudah Islam.
Segala yang akan dibentangkan dan dikisahkan dalam Bab Riwayat Sejarah Kerajaan Tulang Bawang sebelum Islam atau BAB I, penulis berdasarkan cerita-cerita, kisah-kisah dan riwayat turun temurun.
Dalam BAB I, ini para pembaca seolah-olah dibawa kealam wewarahan, sungguhpun demikian tidak terlalu jauh menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.
Dibawah ini para pembaca dipersilahkan untuk mengikuti Riwayat Sejarah Tulang Bawang dengan mengarahkan pemikiran ke XV abad yang lampau .
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang berdirinya kerajaan Tulang Bawang, ada yang menyatakan pada abad ke IV/V, dan ada pula yang mengirakan pada abad ke V/VI M .
Demikian juga tentang tempat Kerajaan ini, satupun ahli belum dapat memberikan ketetapan yang sebenarnya, ada yang mengatakan di Sungai Tulang Bawang ada yang menyebutkan tidak jauh dari kota menggala atau sekitarnya, begitu juga mengenai Raja Tulang Bawang pada abad ke V/VI adalah siapa, hingga detik ini belum juga didapat oleh para ahli sejarah maupun oleh para ahli sejarah maupun oleh para ahli Ethnologi / ilmu Bangsa-Bangsa.
Dapat dikatakan Kerajaan ini mempunyai ciri-ciri khas, sifat-sifat khusus dari kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia ini, karena Rajanya siapa, tempat Kratonnya dimana dan bekas–bekas peninggalannya tiada satupun yang ditemukan, maka dari itu dikatakan Kerajaan Tulangbawang adalah dari pada Kerajaan lain yang mempunyai cirri-ciri khas, sifat-sifat khusus dan sebagainnya.

Jauh sebelum Islam masuk ke daerah Lampung pada abad ke XV M. Raja dan Kerajaan ini mamang sudah ada terdapat sejak pada abad ke V M. berdirinya.
Menurut keterangan diperkirakan Kerajaan ini terletak dihulu kota Menggala di Pedukuhan yaitu dihadapan Kampung Pagar Dewa yang sekarang. Kisah konon menyebutkan demikian antara lain :
1. Sungai Tulang Bawang itu dimulai dari Pagar Dewa sekarang sampai muaranya, yaitu Kampung Teladas/Dente dan dari Pagar Dewa ke Way Kanan sampai dengan Bedarau berbatas dengan Negeri Basar dan dari Pagar Dewa ke way Kiri sampai dengan Tabu Kayu berbatas dengan Negeri Jungkarang.
2. Pada sekitar abad ke XIII M. ada Poang/Poyang yang bernama Runjung gelar Minak Tabu Gayau, beliau mempunyai 3 orang putra yaitu :
1. Tuan Rio Mangku Bumi,
2. Tuan Rio Tengah
3. Tuan Rio Sanak
Ketiga-tiga orang ini menurut cerita orang-orang tua mereka menerima warisan dari orang tua mereka yang bernama Runjung , antara lain Tuan Rio Mangku Bumi mendapat tanah, Tuan Rio Tengah menerima senjata dan yang bungsu Tuan Rio Sanak mendapat emas.
Menurut pembagian ini diartikan bahwa yang tua menerima warisan kekuasaan , yang nomor dua diwarisi pertahanan, sedangkan yang bungsu diwarisi kekayaan/perlengkapan.
Setelah waris ini mereka terima, maka mereka bertempat masing-masing, Tuan Rio Mangku Bumi di Pagar Dewa dahulu (pendukuhan) , Tuan Rio Tengah di Menggala, dan Tuan Rio Sanak di Panaragan.
Adapun makam-makam mereka ini ada ditempatnya masing-masing Tuan Rio Mangku Bumi ada di Pagar Dewa sekarang , Tuan Rio Tengah ada di Meresou dan Tuan Rio Sanak ada di Gunung Jekawi Panaragan.
Apa sebabnya Tuan Rio Tengah makamnya ada di Meresou, tidak di Kampungnya Menggala, karena pada masa itu beliau menepatkan pemeriksaan musuh-musuh di Meresou, sebab di masa Tuan Rio Mangku Bumi menyerang Palembang dipusatkan di Panaragan, sedangkan Pagar Dewa pusat pertahanan terakhir dan Menggala adalah Staf kekuasaan kekuatan, yang kesemuanya di bawah pengawasan Tuan Rio Tengah dibidang pertahanan.

3. Setiap Kampung yang ada dalam daerah pembagian batas sungai Tulang Bawang tadi, mengakui bahwa Pagar Dewa kampung yang paling tua, sampai sekarang Pagar Dewa yang ada masih disebut Pagar Dewa tua,dari kampong-kampung tersebut masih mempunyai Poyang/buyut yang mempunyai tugas pertahanan semasa Tuan Rio Mangku Bumi sampai kepada masa Minak Kemala Bumi pada abad ke XV M. yang dalam buku Pri Hidup Nabi Muhammad SAW. Bahwa Minak Kemala Bumi adalah Raja Lampung (karangan Zainal Arifin Abbas hl. 626-649).
Pada masa Minak Pati Pejurit (Minak Kemala Bumi) terlihat benar susunan struktur pertahanan ini dari tiap-tiap Kampung ditunggu oleh masing-masing panglima-panglimanya.
Seperti di Kampung Dante/Teladas ditunggu oleh seorang Poyang / Panglimanya Batu Tembuh dan Minak Raja Wali dengan tugas pos pertahanan pertama dari laut.
Arah kehulu, Kampung Gedung Meneng, Gunung Tapa dan Kota Karang dengan Panglimanya Minak Muli dan Minak Pedokou, disini pos pertahanan ke II.
Kampung Meresou/Sukaraja ditunggu oleh Panglimanya Minak Pati Ngecang Bumi dan Minak Pati Baitullah sebagai Panglima pemeriksaan musuh yang masuk, maka dinamakan Moresou (memeriksa).
Kampung ini (Sukaraja)yang pada tahun 1975 pernah akan dijadikan oleh Pemerintah melalui Pertamina pusat pengeboran minyak.
Kampung Gedung Aji ditunggu oleh Panglimanya Minak Negarou Sakti dan Tuan Alim, Minak pedukou. Kampung Bakung, Minak Tualou Jimo, Minak Dewou Penganten dan Umpu cangeh.
Menggala, disini dijadikan Bandar pertahanan, jatuh bangunnya Kerajaan ini terletak dikota Menggala karena tempat ini oleh Minak Pati Pejurit dijadikan central kekuatan merupakan pertahanan yang terakhir dari kerajaan Tulang Bawang semasa Minak Pati Pejurit.
Oleh karena itu Panglima-Panglima yang terkenal/Teras/Inti antara lain : Minak Ngegulung, Minak Sengaji dan yang paling terakhir setelah adanya penjajahan Belanda adalah Minak Ngegeti.
Kota Menggala ini bukan baru sekarang ini kenamaannya, atau sekitar penjajahan Belanda, tidak. Kenamaan Kota Menggala sejak semasa Minak Pati Pejurit pada abad ke XV M. telah dijadikan pusat pertahanan, Bandar Pertahanan.
Maka tidak heran kota ini sekarang sering disebut-disebut Paris Van Lampung.
Antara Menggala dan Pagar Dewa yang bernama Tebing Suluh ( Tanah tinggi yang merah ) ditunggu olah Panglima Minak Keranggo dengan tugas sebagai algojo pembunuh musuh-musuh yang tidak dapat diampuni lagi, maka tanah/tebingnya sampai sekarang merah karena darahnya para musuh-musuh Kerajaan ini.
Sedangkan Pagar Dewa adalah tempat Raja/Minak Kemala Bumi dan Panglima-Panglima yang tangguh, karena disini tempat tetesan darah yang penghabisan, bila musuh sampai di Pagar Dewa, biar mati kesemuanya tidak boleh meninggalkan Pagar Dewa.
Oleh karena itu, terlihat oleh kita hal ini masih di ikuti oleh sejarah Clas ke II dari perang Kemerdekaan kita tahun 1949, dimana seluruh kota di Lampung telah bezet oleh Belanda, maka serdadu-serdadu kita dipusatkan di Menggala dan setelah Menggala bezet pada hari raya, tentara-tentara kita di Pagar Dewa.
Di Pagar Dewa Baru / Penumangan, mati sekaligus sebanyak 18 orang pemuka-pemuka/pemimpin-pemimpin kampung ini dibunuh oleh Geligis serdadu sewaan belanda, hal ini terjadi tatkala serdadu belanda akan menggempur Pagar Dewa, yang belum begitu lama dari situ terjadi perletakan senjata. Sampai sekarang ke 18 orang pemuka-pemuka Kampung Penumangan ini menjadi Pahlawan-pahlawan Revolusi yang belum di resmikan.
Perlu dijelaskan disini, bahwa pasukan-pasukan tentara republik yang berstaf di Pagar Dewa di bawah Pimpinan Kapten IBRAHIM dan dibantu oleh Letnan A. DJOHANASYAH, Letnan RA. MANAF, Letnan RUSLI, dan letnan A. BURMAWI.
Para pemimpin pejuang kemerdekaan tersebut termasuk didalamnya Bapak Ki.Hi UMAR MURAD menjadi buronan belanda pada waktu itu.



@



Kerajaan Tulang Bawang Sebelum Islam